Sepertimu Terdahulu
Aku sudah memberi percikan tinta sebagai tanda
Aku juga sudah melingkari angka-angka itu
Bahkan aku sudah menyiapkan lembar bulanan
Betapa mata ini sangat menghargai setiap menutupnya kelopak matamu
Kau bukan sembarang mulut yang asal mengeluarkan cudah dan bau
Aku pasti akan menundukkan wajah kala kau tersenyum menyentuh daguku
Sungguh mahal harganya bisa mengetahui warna rona pipi di wajahmu
Lalu aku melihatmu memilih tenggelam pada tumpukan bantal
Ku pikir, mungkin ini yang disebut hak dari sebuah pilihan
Tapi tak ku sangka, otakmu terus pada tempatku berpijak
Terimakasih, tidak melupakan kewajibanmu atas kehidupanku
Aku sudah memberi percikan tinta sebagai tanda
Aku juga sudah melingkari angka-angka itu
Bahkan aku sudah menyiapkan lembar tahunan
Mungkin sudah saatnya,
Aku yang dihargai kala menutup kepolak mataku
Aku yang bukan sembarang mengeluarkan cudah
Aku yang akan menyentuh dagu-dagu itu
Dan aku yang memperkenalkan warna rona pipiku
Pada siapa?
Pada aku-aku lain yang belum pernah terjangkau
Dan ingat wasiat ini kala kau tak mengerti
Mengapa kelak aku tenggelam pada tumpukan bantal
Sepertimu terdahulu
Aku juga sudah melingkari angka-angka itu
Bahkan aku sudah menyiapkan lembar bulanan
Betapa mata ini sangat menghargai setiap menutupnya kelopak matamu
Kau bukan sembarang mulut yang asal mengeluarkan cudah dan bau
Aku pasti akan menundukkan wajah kala kau tersenyum menyentuh daguku
Sungguh mahal harganya bisa mengetahui warna rona pipi di wajahmu
Lalu aku melihatmu memilih tenggelam pada tumpukan bantal
Ku pikir, mungkin ini yang disebut hak dari sebuah pilihan
Tapi tak ku sangka, otakmu terus pada tempatku berpijak
Terimakasih, tidak melupakan kewajibanmu atas kehidupanku
Aku sudah memberi percikan tinta sebagai tanda
Aku juga sudah melingkari angka-angka itu
Bahkan aku sudah menyiapkan lembar tahunan
Mungkin sudah saatnya,
Aku yang dihargai kala menutup kepolak mataku
Aku yang bukan sembarang mengeluarkan cudah
Aku yang akan menyentuh dagu-dagu itu
Dan aku yang memperkenalkan warna rona pipiku
Pada siapa?
Pada aku-aku lain yang belum pernah terjangkau
Dan ingat wasiat ini kala kau tak mengerti
Mengapa kelak aku tenggelam pada tumpukan bantal
Sepertimu terdahulu
2 komentar:
jangan seperti dia. jangan... jangaaaaan! :D
haha ntar ngeblokir fb ya? gaa kok, cuma diremove aja, udah cukup :D
Posting Komentar
Bicaralah :D