Petir kemarin membelah segala keterpurukan di matanya
Mereka yang menyukai ini hanya terdiam sambil berpaling
Aku benci keterlambatan
Lantunan peraduan air dan batu mempercepat tempo
Mereka berlari seperti dikejar bayangan ular
Matanya kini bening oleh sesuatu yang disebut iman
Mereka bertumpu pada sebuah rumah pohon
Namun aku berkata, ini bukan rumah kami
Mungkin bayangan ular itu sudah tidak mengejar mereka
Tapi kini mengejar si mata bening
Dan aku tertawa puas
Pilar-pilar desa tempat mereka mencari kebahagiaan
Sudah ambruk termakan amuk alam
Ya, mungkin alam tak suka kebahagiaan mereka
Si mata bening memohon padaku
Oh, aku begitu tersanjung
Mereka mati di tanganku
Sebentar,
Ada potongan kisah yang tertinggal
Aku sempat sendiri di atas langit
Menyaksikan mereka dan si mata bening
Seolah membuat irama kehidupan sendiri
Ironisnya, aku tak tertarik untuk merubahnya