14/06/10


Curahan air ini telah sampai padaku
Butiran air menjelma menjadi suatu kecupan
Nyaman dalam zona kehangatan-Mu

Terkejut ku akan tetesannya
Berharap akan semua anugerah dari-Mu
Dari setiap butiran yang ku terima

Ya Allah..
Semoga dengan hujan ini
Aku mendapatkan kenikmatan dari-Mu

Jejak embunnya memberiku ketenangan
Jejak pelanginya memberiku senyuman
Dan jejak sejuknya memberiku kecerahan
Akan setiap detik-Mu, ku bersyukur

Ku berharap akan berkah atas hujan di senja malam
Limpahkan semuanya dengan tenang
Yang akan terus menumbuhkan rasa cinta ini
Hanya pada-Mu, Ya Allah..

Dalam ruang waktu hampa
Senyum palsu itu hadir
Dan menemaniku
Juga menghibur dalam semu

Bersama semua peri kecil
Ku melayang tanpa arah
Tapi ada kebahagiaan
Ada rasa cinta dalam relungku

Tapi mengapa?
Dalam dimensi waktu ini
Aku tidak merasakan rasa itu
Hanya guratan senyum palsu

Aku bertanya dalam hati
Mencoba jujur dan merabanya
Inikah sedih?
Atau inikah rindu?

Gelisah di balik topeng
Merasa menjadi orang terkutuk
Tak ada lagi peri kecil
Hanya ada senyuman palsu

Aaaaaaaaaaaahh!!
Hambar akan semua detiknya
Pahit akan semua hembusannya
Sakit akan semua hadirnya

Mencoba kembali berpijak
Sadarkan sebelum tak bernafas
Berharap waktu akan bertukar
Tidak dengan usiaku

Berbagai rasa sudah kau kecup
Tak ada yang senikmat semilir angin malam
Di mana itu sumber kehidupanmu
Sumber kebahagiaan palsu sebagai kau

Kaulah Pretty
Sang kupu-kupu malam yang selalu redup
Terlahir sebagai anak haram
Dan berada dalam keluarga yang tak berada

Tak ada waktu panjang untukmu
Untuk memetik buah dari mimpi-mimpi
Tak ada titik terang dalam hidupmu
Untuk menikmati sebuah kata bernama kebahagiaan

Pilihan jalan ini memanglah kelam
Kau menyadari apa yang kau lakukan
Tak ada batasan dalam hidup ini
Kepuasan orang lain yang kau terima

Tak pernah kau mengenal kata menyesal
Kau rela dirimu ini bagaikan sampah
Inilah kenyataannya
Kau memang sampah yang tak tahu malu

Jangan lenyapkan kau dalam dimensi kehidupan ini
Kau masih ingin berperan sebagai dirimu sendiri
Di mana kau akan mendapatkan kecupan manis
Yang dirasakan bukan saat semilir angin malam

12/06/10


Kami berindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syaitan yang terkutuk
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Wahai Allah Yang Maha Pemberi semua nikmat Islam dan Iman kepada Hamba-Nya
Maha Pemberi Petunjuk akan yang dikehendaki dan yang tidak Engkau kehendaki
Maha Pencipta dari apa-apa yang nyata dan yang ghaib
Maha Mengetahui apa-apa yang terungkap dan apa-apa yang terpendam
Sungguh, Allah adalah Illah yang memiliki 99 nama terbaik

Melewati arum jeram dunia
Melewati lubang-lubang kehidupan milik-Mu
Mencapai banyak titik cahaya keemasan dari-Mu
Hingga telah sampai pada-Mu

Geram jiwa kami ketika Engkau menggoreskan tinta merah pada hati kami
Bergejolak hati kami ketika Engkau memberi sedikit dari banyak sebuah guncangan
Namun dalam puncak sebuah emosi, Engkau sentuh hati kami dengan dzikir
Sampai dzikir itu membuat kami seperti kembali menjadi kekasih-Mu dalam pangkuan-Mu

Lapangkan dada kami dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu
Terangi setiap jalan yang Engkau ridhai, Ya Allah
Beri, beri petunjuk-petunjuk-Mu agar kami akan tetap menjadi Hamba-Mu di jalan yang lurus
Tetap istiqomah akan dasar hati-hati kami yang rapuh

Biarkan semua kini sampai pada-Mu
Juga senyum ini
Tarikkan sudut bibir yang membuat aku, kamu dan semuanya ikut merasakan
Senyum
Ya Allah, lihat senyum kami ini untuk-Mu
Berawal dari manisnya mulutmu
Ku terkagum dengan sosokmu
Kau yang selalu membuatku bangkit
Kau yang selalu mendukungku
Ternyata kau tak lebih dari belatung

Hey kau muka dua
Aku sudah membuka topengmu
Telanjangkan kau di atas dosa-dosamu
Membawa sejarah yang sesungguhnya

Sungguh, kau berada dalam keterpurukan
Tak ada wangi-wangian cahaya
Yang ada hanyalah bau dirimu sendiri
Maaf harus ku katakan,
Kau adalah belatungku

Beriku waktu untuk benahi jiwa
Menyapu segala kesalahanmu di atas pasir
Menggoreskan ketulusanmu diatas batu
Membuka hatiku bahwa kau adalah diriku

Menyeret kabar duka terdengar dari percikan air hujan di senja malam
Bangunkan jiwa sebelum malam sempat menjelma sendiri
Saat membukanya dengan alunan puisi
Hari ini bukanlah waktu lama yang tak tersapa
Di antara butiran bunga bunga terbingkai canda

Ya Allah..
Dirinya yang Kau ambil adalah sahabatku
Aku ikhlas dirinya Kau ambil
Tapi tidak dengan kerinduan ini, Ya Allah
Aku merindukan sahabatku

Biarkan hujan ini yang temaniku
Suara percikannya adalah anugrah dari-Mu untukku
Dan kenangan yang ada adalah kado terindah dari-Mu
Terimakasih atas semuanya, Ya Allah..

Hikmah yang kudapat dari-Mu begitu berharga
Peringatan yang Kau beri akan selalu ku ingat
Dan rasa takutku pada-Mu yang seharusnya ku bawa
Akan ku jadikan kado terindahku

Lantunan ayat-ayat pedoman hidupku
Akan membawaku tenang dalam alam sesaat
Dan bersama Allah
Aku berani berjalan di atas kerinduanku

Wahai pelangi, peluk dan bawalah aku
Menuju Allah
Untuk menyusul sahabatku
Suatu saat nanti..

Nada pilu kepakkan sayapnya
Menyeret sebuah sejarah
Akan alamku yang gundah
Alam yang tak berdosa

Langit seakan merenung
Hutan seakan bersujud
Angin seakan membisu
Dan lautan seakan menangis

Ohh alamku
Jangan kau bermuran tanpa dosa
Nada pilu akan pergi seiring waktu
Aku, manusia ingin manjadi pahlawanmu

Tanpa ada dalam kesadaranku
Suatu bayang sebuah kehancuran

Maaf
Hanya itu yang dapat ku katakan
Jelmaanku yang merusakmu
Membuat keruh alamku
Sisi lain dari labirin seorang manusia
Terkutuk semua rencana

Perubahan, pergerakan, dan perpindahan
Seakan salah di mata alam
Apa yang harus kucari, kuberi, kubawa
Katakan padaku agar alamku
Senantiasa tersenyum
Pada matahari di pagi hari
Pada bulan di malam-malam

Dalam detik ini
Aku akan berusaha
Untuk menyelamatkan alamku
Walau aku yang membuat kehancuran
Aku juga yang akan menjadi pahlawan
Aku berjanji, wahai alamku

Teman Lila