17/10/11


Dan aku membuka mata disaat matahari masih terlelap
Masih samar ketika ku mencoba meraih konsentrasi
Dahi ini berlipat dalam beberapa menit
Tubuh terasa kaku dan tak ada daya selain istighfar

Masih teringat beberapa jam yang lalu
Aku berada di sebuah desa samping kota dengan angin khasnya
Menjadi pemegang waktu untuk aktivitas 50 anak

Sambil meraih air di samping ranjang
Aku tetap memanggil nama Tuhanku
Allah.. Allah..

Satu sentimeter lagi menuju sentuhan gelas cantik
Aku terkejut dengan kehadiran wanita paruh baya
Berbusana putih-putih seraya tersenyum padaku
Hangat, hangat sekali

Dengan cekatan, wanita itu datang dan duduk di dekatku
Aku memanggilnya : UMI
Diajaknya aku berdo'a pada Sang Pemberi Kekuatan

Lalu aku kembali ke ranjang dan meneruskan waktu istirahatku
Ditemani umi dengan suara tilawahnya, tak jauh dari ranjangku
Aku benar-benar melihanya
Melihat rasa sayangnya padaku. Padaku. PADAKU
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Dan aku sudah tak berdaya untuk tak memejamkan mataku
Mata yang sedari 3 hari ini ingin sekali berteriak kesakitan
Mata yang terus diajak berlari mengejar sebuah kenangan
Dan mata yang selalu dikecupnya setiap malamnya

Aku bermimpi di hangatkan lampu dan selimut sangat tebal
Mencoba menyingkirkan apapun yang menghalangi waktu tidurku
Sampai pada saat matahari menyorotku seakan membangunkanku dengan cepat
Karena adzan shubuh sudah lewat sekitar satu setengah jam yang lalu

Mulai membuka mata untuk kedua kalinya
Dan lagi, umi duduk di samping ranjangku
Aku melihat jam di dinding, pukul 5.55
Aku mengerti, aku tidak diizinkan pergi sekolah olehnya

Aku shubuh dengan langkah yang sangat lemah
Usainya, umi menyiapkan makanan di depan tv
Dan aku merasa ada kekuatan cinta darinya
Aku benar-benar memeluknya hari itu

"Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa.. Terimakasih untuk setiap hari, umi :D"

10/10/11


Jarum jam seolah menyeret mencari titik pemberhentian
Terus berputar pada polanya seperti kehilangan tujuan
Semua berharap ia tak pernah mendapatkan tujuan
Karena apa?
Karena ketika ia berhenti, maka semua pun berhenti
Termasuk aku

Malam ini terasa sakit untuk rumput yang bergoyang
Menahan nafas hanya untuk menghemat tenaga
Angin yang berhembus mengajak main diabaikan olehnya
Ia tak berharap banyak, kecuali
Kelak telapak kaki seseorang membuatnya benar-benar mati
Termasuk aku

Kau bilang, semua ini rasanya hambar

Aku yang benar-benar berada di mulut jurang
Mengapa kau yang merasakan getarannya?
Aku benar-benar tak bisa mengingat
Kau adalah jarum jam atau rumput yang bergoyang?

Bermain dengan matanya jika kau ingin dirinya
Sentuh hatinya jika kau ingin dirinya
Buat ia tersipu jika kau ingin dirinya
Tapi,
Berikan rasa jika kau ingin menyelamatkannya

"Cerita itu telah dihapus hujan ketika kau pergi.
Maaf tidak sempat menempatkan di lahan istimewa"

08/10/11


Jemari yang berbicara itu semakin lincah
Mereka bilang, jari itu berkoar
Ah, terlalu klasik jemari di atas tulisan

Pandangan yang begitu pekat
Entah dari mata hitam atau cokelat
Siapa yang peduli?

Kerinduanku pada sosok bayanganku
Aku bilang, sisi yang lain
Semakin terasa ketika mereka kembali

Ini hanya perasaanku saja

Mereka seperti artis yang siap menjadi boneka
Dan aku?
Akulah yang menulis skenarionya

Ini hanya perasaanku saja

Pertengkaran kecil yang membuatku muak
Siapa yang peduli?
Semua ini berawal dari waktu yang begitu cepat
Waktu yang memberikan kami sikap
Sikap akan awal dari pertemanan

Adikku, mungkin ini hanya perasaanku saja

"Kalau sudah ada persaudaraan, apa artinya pertengkaran?"

Kamu sudah terlalu lemah untuk menjadi anaknya
Aku tidak begitu yakin, kamu anaknya atau bukan

Kamu tidak memiliki nilai apapun di hadapannya
Sedangkan dia?
Ohh, dia sangat merasa sombong berhadapan denganmu
Kamu mau memukulnya pun tetap saja kau hanya menangis
Kamu hanya menangis, kamu ingat itu kan?

Disini aku hanya bicara tentang perasaanmu saja

Aku pernah melihat,
Ketika dia mengecup keningmu
Dan aku pun pernah mendengar,
Dia bilang, "aku sayang padamu"

Belum luput dari keharuan itu,
Dan aku masih saja menatap kalian
Kamu bilang dia tidak tau diri
Mengapa? Mengapa? Ada apa denganmu?

Kamu berteriak padaku
Berteriak di samping telingaku
"aku benci dia"

Aku tetap bertanya padamu sampai kamu menamparku sekali
Kamu menangis. Bersujud di tengah lapang. Kamu menangis
Aku tidak mengerti apa perasaannya sekarang
Dalam tangisnya, aku merasa betapa perihnya hatimu
Benar begitu?

"Siapapun kamu. Ibu tetaplah ibu. Surga tetap ada di telapak kakinya"

Teman Lila