24/06/13

Merengek dalam lembaran yang katanya semakin ramai ini
Rasanya sulit untuk hilang dari rekaman antusiasnya seseorang
Hari ini aku dibuatnya kaku -lagi- karena karya mungilnya
Jelas bukan untuk diriku, tapi aku merasa sangat tertampar

Tidak akan pernah
Aku terus mengetuk hatiku sendiri untuk tidak akan pernah
Tidak akan pernah
Tidak akan pernah untuk melupakan apa yang terjadi

Tapi warna-warni kehidupan yang katanya aku lupakan
Terus memaksaku untuk tidak berlama-lama dalam kebutaan
Lapisan air jernih ini ternyata menutup rasa syukurku

Baik-baik di sana bersama burung-burung surga yang lain
Terlalu banyak coretan manja yang terbaca beberapa pasang mata
Ku harap, karang yang tegar itu mulai mencair
Dan airnya bisa ku seduh dengan harmoni beserta semangat baru


"ku temukan lagi saudara yang mempunyai jiwa setegar karang.. tapi ini beda, dia tak memiliki warna yang bisa dilihat, tak memiliki rasa yang bisa dicicip, dan tak memiliki wujud yang bisa diraih. dan dia memiliki karya yang bisa dinikmati bersama secangkir kopi."

Terlalu kelu mulut ini untuk bicara dengan benar
Aku tak pernah terpaksa untuk jalani untaian kata palsu
Walau itu menjadikanku seorang yang tidak mudah dipahami
Walau itu menjadikanku seorang yang tidak mudah didekati

Sedikit tertawa jadinya,
Bayangan yang seharusnya tak berbayang
Dan kini aku takut itu jadi kenyataan
Tentang aku dan kamu
Yang bicara tentang 100 impian yang ditulis
Untuk ditukar
-ambigu-

19/06/13

Maksiat yang menenggelamkannya pada lamunan maya
Memaksanya untuk melontarkan kalimat yang sederhana
Tapi berakibat penyesalan tak kurang dari sebulan
Karena apa?
Karena ketulusan itu tidak pernah bisa berpura-pura
Karena satu kebaikan itu akan jadi pintu kebaikan yang lain
Karena adanya persaudaraan yang didasari cinta itu

Air mata pendosa takkan pernah termaafkan pada satu senyum dari orang lain
Setiap malam,
Setiap kali teringat kebaikan yang diabaikan itulah, ia akan beruraian
Ucapan maaf itu ragu tersampaikan padamu di atas makam hati
Ragu akan rasa tulus itu buram terlihat olehmu
Ragu akan rasa kebaikan yang belum juga menjadi pintu untuk kebaikan lain
Ragu akan kebenaran persaudaraan yang mereka jalin berdasarkan cinta

Ia mengakui bahwa ia bukan adik yang baik untukmu
Ia ingin bunuh diri kala kau membuatkan puisi untuknya
Puisi yang kau letakkan paling depan
Dan dengan tulisan kasih,
"untuk adikku tersayang.."

Pahit,
Sangat tidak rela ia tak sanggup memelukmu dalam kejauhan alam
Bahkan ketika jasadmu terakhir kali ada di depannya
Ia hanya bisa memegang pundakmu
Lalu berkata, "aku mencintaimu karena Allah.."
Dan ia tak bisa lagi melihat senyummu
Tak bisa lagi melihat wajahmu yang sumringah ketika sampai rumah
Tak bisa lagi menulis impian bersama
Tak bisa lagi bertatap muka dan bicara tanpa suara, melainkan dengan hati
Tak bisa lagi..

Ya, seringkali kau bilang dirinya adalah sosok yang paling cengeng
Dan itu benar-benar sikap permanen yang akan ia jaga sampai ia mati
Percayalah,
Ia ingin sekali bertemu dengamu walau lewat mimpi malam ini
Hadirlah..
Datanglah..
Bawa sinar putih yang selalu menemanimu di sana
Titipkan sepatah atau dua patah kata untuknya
Agar kelak ia bangun, ia paham bahwa kau memaafkannya



"rindu ini tak pernah berwarna lagi semenjak kau tak ada.."

10/06/13

Malam yang membisu
Semuram aku yang hatinya terkoyak

Berjuta lukisan ku gambarkan dalam mimpi
Beribu pena ku gunakan dalam mimpi
Agar kamu hadir dan menemaniku
Walau itu hanya sekedar dalam mimpi

Sampai kapan?
Sampai kapan aku terus bertanya tanpa jawabmu?

Tolong,
Temukan aku dalam kesesatan ini
Bentak aku, pukul aku, dan ancam aku

Selama 17 tahun,
Aku menangis untuk tertawa
Bersamamu..
Kehampaan di bawah atap ratapan
Yang terkasih tak terjawab gelak tawanya
Sang Pencipta sedang membuatnya kuat,
-semakin kuat

Sujud malam ini menjadi malamnya
Do'a yang terlantun elok
Jangan berakhir..

Terisak dalam perjalanan berbatu
Melerai pertikaian batin pada dirinya
Tangan mengepal di balik punggung rapuh
Geram, mata pun terpejam
Untuk kembali membuka dan terus melangkah

Lisan ini diam
Pelarian utama
Lisan ini diam

"Ya, Allah.. Syukurku atas kesehatan ini.."

Teman Lila