28/12/15

Mereka tidak asal melangkah
Mereka tau tujuan hidupnya
Mereka tau berjuang dengan siapa
Dan mereka tau waktu yang tepat

Kakinya tak berhenti mendekati musuh
Tangannya tak lepas dari senjata yang berguna
Matanya tak terpejam karena putus asa
Bibirnya tak luput dari menyebut nama-Nya



Bagaimana dengan hatinya?
Hatinya milik Allah
Hatinya terpaut pada cinta-Nya
Hatinya terikat pada sesama pejuang-Nya
Hatinya memiliki iffah dan izzah yang tak bisa lagi di gambarkan

"aku baru sadar, ikhtiar dan do'a bukan langkah yang harus di kerjakan satu per satu. tapi keduanya adalah langkah yang harus di kerjakan bersamaan dalam setiap misi yang harus di menangkan.."

17/12/15

Pernahkah bibir ini kelu karena muaknya sejauh mata memandang?
Dan biarkan masa lalu menghantui proses pendewasaan
Lihatlah kepalan tangan yang siap menghancurkan masa depan orang lain
Bahkan sampai salam dan senyuman tak mampu memudarkan amarah dalam jiwa

Mata kosong menatap canda
Tersenyum kecil melihat mereka
Seolah mereka bahagia setiap hari
Seolah takdir telah melingkar di jemari

Bergegas masuk Langgar
Karena Tuhan telah memanggil
Mereka dengan sarung kumal
Datang dengan rambut acak

"Aku saja! Aku saja!"
Mereka memberi jalan
Langsung pada mimbar tua

Dan mereka berbicara dengan Tuhannya
Bahkan tak urung mereka merengek

Tiba-tiba aku melihat mereka dengan sosok yang tua
Tua renta, haus akan kekuatan
Ak, Tuhan tidak tidur
Biar Tuhan memeluk mereka dalam muda ataupun tua

"Langkahnya akan dihitung sebagai pahala. Bahkan sampai menjadi tubuh yang tak bernyawa."

04/12/15

 
Ketika malam berjumpa
Perahu tersasar dalam bibir pantai
Berjuta pasang mata mengawasi
Takut matahari muncul membawa kabar duka

Malam ini begitu terasa panjang
Di tambah kehadiran Si Pandai pemberi cerita
Berjuta pasang mata menunjukkan binar
Akan harapan yang tak dapat ku mengerti

Aku tidak bisa tertidur
Suara bahagia di sana seperti memaksa untuk aku terjaga
Si Pandai terus membual dengan cerita yang tak berujung
Fiktif, namun menggungah rasa emosi di hati

Ku pandang mereka dari atas bukit
Sambil melempar beberapa batu ke kolam kecil
Bosan
Sampai akhirnya bosan membawa mataku terpejam

Matahari benar-benar membawa kabar duka
Aku siap berlari, masih dengan mata tertutup
Berniat untuk bersembunyi di rumah peri
Pasti aman, pasti nyaman

Ah! Ini jebakan!
Aku tak bisa menolak untuk berhadapan dengan matahari
Melihat takdirku di masa depan
Bagaimana bisa aku yakin bahwa Si Pandai dapat ku miliki?

"Siluetmu tak pernah muncul di pelupuk mata. Tapi kala kau memberi cerita, takdirmu muncul di dalam asa."
Jangan terlalu erat menggenggam tanganku
Jangan terlalu dalam menatap mataku

Aku masih mampu mengingat
Kala membantumu menyimpulkan dasi
Tapi aku lupa
Kapan aku dapat melepaskan dasi dari kemejamu

Ah, 6 tahun bukan waktu yang singkat, kan?

Bahkan jemarimu menjawab dengan sapa pagi
Bibirmu membalas dengan senyum hangat



Lelakiku,
Kalaulah ada lelaki lain yang ku genggam
Ia adalah kamu dengan wujud tuamu
Kalaulah ada lelaki lain yang ku tatap
Ia adalah putra kita yang Tuhan titip

"Ini hanya do'a, harapan, dan rencana yang sempat kita diskusikan dalam bisu. Hanya itu. Jangan pernah percaya padaku lagi, karena sejak ku minta kau mundur, aku benar-benar meminta itu."

19/11/15

4 bulan blog ga diisi, sibuk sama urusan hati #aduh
canda, guys wkwk


untaian harapan yang berdentum sejak malam
sampai senja pun tak ada yang membalas
aku takut bulir kecewa semakin asam
karena ku tak sanggup beri rasa tak bias

"kalaulah kata hati tak sampai, cobalah pinta pada dua matanya. mungkin akan kau temukan setitik kekecewaan yang membuatmu harus berhenti menunggunya.."

27/06/15

Banyak pertanyaan yang sejenis muncul di otak gue, contohnya :

Kenapa semuanya serba butuh alasan?

Nah, kan. sekarang gue mulai ketularan bertanya dengan awalan "kenapa"

18/06/15

Di sinilah kami berpijak
Di sinilah kami menebar kebaikan


27/05/15

Judul di atas itu bener-bener harus di pikir panjang. 3 cerita di bawah ini seharusnya mampu menjadi bahan renungan Lu yang baca ini. Gue ga maksa Lu harus sepakat sama apa yang Gue bilang. Tapi rasanya kalo ada perbedaan pendapat atau sudut pandang, mungkin kita bisa duduk di tempat dan waktu yang sama. Gue cukup terbuka sama hal-hal baru. Bahkan karena terlalu terbuka, Gue bisa berkawan dengan 3 jenis cowo macam ini di sudut daerah sana.Check this out!

26/05/15

Sudah pernah kutinggalkan satu buah apel di mejamu
Dan kamu bawa pulang tanpa bertanya dari siapa apel itu

Lalu aku lupa
Tentang apel itu
Dan juga tentangmu

 
Hari semakin senja dengan angin panas yang menari
Dan kamu mulai menyapa dedaunan sebagai saksi bisu

Di pagi yang cerah,
Kamu menggenggam sebuah apel
Dan memberikannya padaku dengan senyum ramah
Tetap tersenyum sambil memastikan aku menerima apelmu

Hambar,
Ingat, kan?
'Lalu aku lupa
Tentang apel itu
Dan juga tentangmu'



"Katamu, aku bagai permata yang hanya bisa dimiliki oleh konglomerat.. Memangnya kamu bukan konglomerat?"

03/05/15


Dedaunan yang berserakan itu
Ku coba rangkai menjadi mahkota
Bertahun lamanya hingga dapat dipakai
Cantik dan sempurna hasilnya, karena cinta

Kini mahkota daun dalam genggaman yang lain
Ku lihat beberapa daun mulai melepaskan diri
Dalam sepi ku coba untuk mengikatnya kembali
Ah, mereka rindu tanganku. Ya, tanganku..

Mereka mencaciku sebagai perangkai yang tak bertanggungjawab
Yang tidak memiliki rasa kasing sayang
Yang tidak mau berkorban demi mahkotanya
Aku hanya bisa menjawab :
Jangan tanya sayangnya sebesar apa
Pergilah,
Maka dedaunan itu akan bertemu perangkai yang lebih pandai

19/04/15

"jangan membanting pintu, siapa tahu kita harus kembali" -- BF, 2015

awalnya, baca kalimat di atas, cuma bisa merespon dengan sebuah gumaman kecil. tapi tetiba ingin membacanya sekali lagi untuk memastikan kalo gw paham sama apa yang gw baca. asem, pada akhirnya tetep gw ga paham.

3 menit setelah gw menutup mata, gw putuskan untuk membaca sekali lagi. status wa temen ampuh membuat gw berpikir sampe sedikit menyandarkan bahu.

gw tau lu yang baca ini lebih cerdas daripada gw untuk memahami kalimat di atas. jadi, jangan ngeledek >.<

gw gatau apa pemikiran gw ini sudah hasil pemahaman yang matang apa belom, tapi yang jelas, ada beberapa yang gw tangkep :
1. kita seringkali menolak mentah-mentah suatu hal, padahal boleh jadi yang kita tolak itu adalah kebutuhan kita di masa depan
2. jangan lebay, kalopun mau nolak, kita cukup tutup dengan bijak, biar suatu saat, butuh atau engga, kita bisa buka lagi itu pintu
3. jangan plin plan, kalopun mau nutup pintu, ya tutup aja, jangan disisakan celah, php tuh
4. ekstrem, kalo emang hobi kita banting pintu, gw harap lu cari atau buat pintu sendiri yang bisa lu buka sesuka hati
5. terakhir, yang paling parah, ketika pintu itu kita banting, dan itu rusak parah. kalopun kita kembali, mungkin kita tidak bisa membukanya lagi
atau ada yang lain?

so deep, menurut gw. simple, tapi sarat makna. dan... sering terjadi di sekeliling atau bahkan diri kita sendiri.
terimakasih, sob, jadi bahan evaluasi bersama~

14/04/15

- permintaan dari temen untuk di posting -

ketika cinta memohon untuk tak saling berjumpa | ketika itu pula | cinta akan lahir kembali dengan wajah baru | bernama rindu.. -- Lila

Dia tak akan kehabisan cara untuk mempertemukan perempuan yang menjaga kesuciannya dengan laki-laki yang menjaga keimanannya.. -- Lila

Cintu itu tanggungjawab. Aku akan bertanggungjawab atas senyum kamu, atas air mata kamu, atas apapun yang terjadi dengan kamu. -- Nazrul Anwar

Apa kabarmu, Cinta?

10/04/15

Pasang surut semangat berdentum dari kejauhan
Angin berlari mengejar pada suatu yang tak pasti
Sepasang tangan meraih asa dari sumber kekuatan
Suara tertawa histeris sambil sibuk mencaci

Keluh dari seorang yang tua renta akan rumput tetangga
Memulai syukur acap kali bersujud pada malamnya
Menutup simbol-simbol nista dalam masa lalu
Melupakan duka untuk membentuk wajah baru

Lonceng jatuh dari pujangga yang bersedih
Pertanda bahwa tak akan ada lagi senyuman
Menatap haru pada hukuman yang pedih
Berbangga pada dosa-dosa yang ringan

Berputarlah warna pelangi
Mempersiapkan jutaan kesempatan
Bukankah kau di sini?
Lalu mengapa kau tak berlari ke depan?

"Aku baru sadar bahwa cinta itu bicara tentang bagaimana, bukan mengapa. Aku terperanjat mendengar kata-katamu : Cobalah untuk tidak bertanya 'mengapa aku mencintaimu?', karena itu tandanya kau perlu alasan untuk mencintaiku. mulailah dengan bertanya 'bagaimana aku mencintaimu?' itu tandanya, kau akan mencoba mencintaiku seperti aku mencintaimu."

Teman Lila