28/06/12


Mujahidahku..
Tumbuhlah engkau dalam dunia yang penuh ibroh
Belajarlah engkau dalam buku yang penuh makna
Dewasalah engkau dalam cinta yang penuh kebahagiaan

Mujahidahku..
Tingkahmu di jalan usia merangkak
Menciptakan tangis-tawa ketika kau terjatuh

Mujahidahku..
Tngkahmu di jalan usia berlari
Menciptkan kekhawatiran ketika kau terjatuh

Mujahidahku..
Tingkahmu di jalan usia berjalan santai
Menciptkan keraguan ketika kau terjatuh

Mujahidahku..
Ini hanya sebuah proses
Proses singkat untuk hasil yang panjang

Tetaplan pada dunia, buku, dan cinta
Yang selama ini kau dapatkan dalam dekapanku

Aku sangat mencintaimu,
Ibumu yang merindukan wajah mujahidahku :)
Pernah berjalan di dalam air?
Pernah tenggelam di udara?
Atau pernah terbang di antara lapisan tanah?

"Hal serupa yang aku rasakan ketika mendengar kau tak ada di pihakku"
Menapaki kehidupan di pelupuk matanya
Sama saja dengan bergantung pada rantai yang hendak putus
Hati yang telah ia sandarkan pada dinding rapuh itu
Sudah menjadi cairan merah kental yang terus menetes

Bicara tentang skenarionya yang (jujur) tidak pernah stabil
Aku merasa seperti tidak ada lubang untuk keluar dari ceritanya
Selalu saja ada hadiah terindah darinya tapi itu hadiah terburuk bagiku
Lalu ia hanya tersenyum, lalu berbalik badan sambil tersedu

Ah, klise
Basi
Monoton
Dan tidak normal!

"Cobalah menjadi manusia normal yang seutuhnya, jadikan dirimu bukan seperti orang lain. Selangkah lagi kau maju menjadi penipu, aku akan maju dua langkah untuk menamparmu!"

20/06/12

Letakkan atribut rencanamu ketika kau masih egois terhadap keputusan
Atur hatimu dan teruslah berkata bahwa saat ini kau tidak sendirian
Tulisan pada dinding ratapan itu kelak membuatmu semakin kerdil tak berharga
Catat segala kesalahanmu, dan buat matamu menatap kertas tak bernama

Penyakitmu itu tidak masuk dalam kategori penyakit seorang muslim
Bahkan kau pun yakin, kau tidak berada dalam lingkaran yang berhimpun

Semakin hari, peluang waktumu untuk melihat matahari semakin sempit
Kau sadar sedang berada dalam putaran waktu yang sedang berlomba lari
Dimana rasa syukurmu ketika waktu tak sedang dalam keadaan terhimpit?
Bukankah saat itu juga kau memiliki segudang jadwal untuk dilalui?



Tempat kau berpijak saat ini hanyalah sebuah rumah usang
Dan perlu diingat, di sini kau hanya menumpang
Jika kau berpikir sampai dasar laut, kau tak setegar karang
Atas dasar apa kau nyaman tertidur dalam zona tanpa ruang?

Ini semua tentang hidupmu yang penuh kebingungan
Orang di sekelilingmu masih setia dalam genggaman
Sekarang sudah waktunya kau yang mengambil peran
Cobalah untuk taklukkan dunia yang bertabur pilihan

12/06/12

Terbesit untuk memberinya seutas bibit pun aku enggan, kala itu
Memberi sinar bahkan melirik pun aku tak pernah, kala itu

Lalu aku tercengang sendirian
Melihat layar putih yang terus berputar di hadapan
Menceritakan aku di kala itu
Ya, dia yang tak pernah berjumpa denganku

Sekarang,
Dia memberiku seutas bibit, lengkap dengan pupuk dan airnya
Dia bukan hanya melirikku, tapi juga menyinariku
Lalu aku benar-benar marah padanya saat aku tumbuh
Tumbuh itu ternyata menyakitkan untukku
Dia menangis dan meminta maafku
Aku masih marah lalu membunuhnya pelan-pelan
Tapi sinar darinya tak pernah redup
Sampai kurasa aku tak pantas untuk membunuh



Aku sedikit mengenalnya
Dia yang sering menamparku
Tapi aku menyukainya

Hmm..
Aku baru merasakan satu hal yang aneh
Terkadang aku rindu sinarnya
Biarlah,
Aku memang membutuhkannya
Saat aku tumbuh dan berkembang

Temani aku tumbuh
Karena ternyata
Aku rela sakit disisimu

09/06/12

Utuh
Utuh
Utuh

Lingkaran ini utuh
Akan selamanya utuh
Karena apa?
Karena kesedihan
Karena kebahagiaan
Menjadi sebuah syukur
Dan menjadi sebuah keputusan
Untuk kita
Kita yang UTUH

08/06/12

Aku menghirup aroma kehangatan saat mata itu melirik bebatuan
Melihat sepatu usangnya di sisi pun aku merasa nyaman
Bahkan aku tak bisa buang muka saat wajahnya di hadapanku
Terkadang ia membuatku beku di bawah teriknya matahari
Juga membuatku gerah di atas tumpukan bongkahan es

Anehnya, tangan besarnya itu tak pernah bisa menggapai tanganku
Bahkan ketika mata ini hampir beradu pun sepertinya angin tak rela
Mungkin badai semalam adalah peringatan untuk mimpi sia-siaku
Aku bersyukur ketika hujan melarangku untuk beranjak ke sisinya

Langkahnya sudah tak tepat sasaran
Bentuk kesetiaannya padaku seakan termakan oleh air keruh di kawah
Aku berharap ia tak pernah pulang sejak ia pergi tanpa pamit

Aku tidak kecewa ketika bayangannya sudah tak bisa ku injak
Aku bahkan sangat gembira ketika melihat ia sibuk dengan yang lain

Berjanjilah untuk membuatku selalu tersenyum, walau itu sakit :)

02/06/12

Berhentilah menatapku seperti anak yang butuh permen
Aku tak juga semangat ketika kau memberikan bahu
Sekali saja telapak tanganmu menyentuhku
Mungkin senyum di wajahku tak pernah lepas lagi untukmu

Suaramu tak akan pernah terhapus malam
Dan kenangan bersamamu tak akan hilang oleh angin

Tak perlu diragukan lagi usahamu untuk mencintaiku
Aku memang tak pernah ingin menatap cintamu
Karena cintamu pantas untuk di balas
Di atas jurang,
Dunia ini benar-benar terbentang
Terkadang seolah ia hendak melahapku
Terkadang seolah ia hendak membelaiku
Seringkali membuatku sesak karena tangannya
Lalu membuatku tertawa karena wajahnya

Ilmu yang ku genggam belum menjadi hitungan
Lihatlah saku bajuku yang berisi kepalan tangan
Terasingkan karena mulut ini terlalu tak sungkan

Upacara pelepasan dirimu saat malam hari
Seperti berada di balik jeruji besi
Aku berteriak tanpa suara di atas tanah suci
Membawa namamu untuk segera kembali

Sudah lelah, sejujurnya
Kaki ini memaksaku untuk mengukir jejak
Jejakmu yang sempat terputus timbulkan tanya
Namun aku tak pernah sempat untuk menebak
Karena ku tau itu hanya sia-sia

Lalu,
Sekarang dimanakah dirimu?
Masih berada di balik pelangi,
atau sudah berada di balik api?

Teman Lila