Dia yang mendengarkanku membaca ayat suci Al-Qur'an
Di tengah kesibukan lain yang mencuri perhatian
Dia yang memberikanku senyuman tulus saat aku mengakhirinya
Lalu menyatukan satu lututnya pada satu lututku
Saat itu matanya beradu dan tertutup, hitam
Obrolan dewa yang seringkali tersibak pada satu makna
Tersirat, hanya dia dan Tuhan-nya yang mengetahui
Beberapa kali rasa nyaman ini melebihi rehatnya bulan
Aku tidak berani mencoba melangkah lebih banyak dari ini
Terlalu lama untuk ku pahami siapa dan bagaimana dirinya
Cukup semudah ini usaha mempertahankan waktu dalam genggaman
Aku semakin sulit beranjak ketika tangannya mendekat
Rasa sabar itu yang membuahkan rasa penasaranku padanya
Canda itu yang menjadikan jalanku untuk menebak jawabannya
Hasilnya? Aku harus membersihkan isi pikiranku darinya
Aku tau ia mendekat untuk berpamitan..
Datang dalam relung yang berisi, lalu menggeser batu kramat
Mengguyur tawa pada balutan hati, di samping menunggu hari
Bersiap pergi lagi tanpa menggeser kembali batu kramat tadi
Namun menyisakan sedikit harapan komunikasi yang mungkin terlupa
Bisa saja, kan?
Aku tidak akan menghalangi segala harapan, cita-cita dan hasil do'a-nya..
Aku hanya meminta caranya berpamitan denganku dengan sangat bijak,
Ayo. Sebelum semuanya dirasa terlambat sehingga ada waktu untuk saling mendo'akan
Pergilah, aku takkan menghitung hari
Janji.