Bismillah..
#AdaCerita
Ada seorang remaja putri, anggap saja namanya Asih. Selama ia mengejar cita-citanya dari SMP sampai kuliah, selama itu pun juga ada sepasang mata yang tak luput dari sisinya. Paijo adalah seorang remaja putra yang seangkatan dengan Asih. Walau mereka telah dekat dari SMP, tak membuat mereka menjalin ikatan yang lebih serius daripada sebuah pertemanan.
Tahun satu, ke yang lain pun terus bergulir. Asih dan Paijo sudah semakin dewasa, dan kini sudah memasuki usia kepala dua. Ada banyak rencana masa depan yang mulai disiapkan untuk melanjutkan bertahan hidup. Paijo yang merasa usianya sudah cukup mapan, mulai memberanikan diri untuk mengajak Asih berpacaran. Paijo sangat yakin bahwa Asih akan menerimanya tanpa pikir panjang.
Tapi dugaan Paijo salah. Salah besar. Asih menolaknya mentah-mentah dengan alasan ingin fokus kuliah dan kerja kelak. Paijo merasa usahanya selama SMP ini sia-sia, terutama dalam hal mendekati Asih. Dalam kemarahannya, Paijo mencaci dirinya yang tak bisa membenci dan melukai Asih.
Semenjak itu, Paijo mulai bergaul dengan teman-teman yang berbeda. Paijo jadi mirip bang toyib yang sering sakaw dan bakal minum karbol kalo tiba-tiba haus di kamar mandi. Asih beberapa kali mengingatkannya, namun Paijo tetap merasa menjadi laki-laki payah.
Sampai akhirnya tiba, muncullah Wati yang mendekati Paijo. Paijo mulai melupakan Asih. Asih pun tidak ingin mencampuri urusan Paijo terlalu dalam. Dan akhirnya Paijo dan Asih tidak berkomunikasi selama 1 tahun. Di waktu yang sama, Paijo dan Wati sedang mabuk cinta, mabuk alkohol, dan mabuk kendaraan.
Di saat usia Asih 21 tahun, terdengar kabar bahwa Wati kini mengandung anak dari Paijo. Asih tidak menangisinya, Asih hanya menyayangkan bahwa hal itu terjadi, karena Wati tengah hamil sebelum ada acara sakral bernama pernikahan.
#AdaCerita, selesai.
---
Belakangan, gue sering banget denger berita yang ceritanya ga jauh dari kisah Asih-Paijo-Wati ini. Risih sendiri juga. Gue ngampus di -yang katanya- kampus islam, tapi yaa berita seperti itu seperti makanan sehari-hari. Entah karena faktor "Jakarta"-nya atau emang remaja sekarang, dimanapun, cenderung berperilaku sama. Tidak etis.
Gue miris pas denger, banyak yang seperti Wati, bahkan teman dekat gue sendiri. Sejenak gue merasa bahwa dosa bukan menjadi penyebab orang untuk tidak melakukan maksiat. Kebanyakan dari mereka sering menggunakan alasan klasik, "kebawa suasana.."
Gue ga ngerti.
Gue kira, awalnya, gue ada di posisi temannya Wati, yang entah namanya siapa. Yang jelas, merasa memiliki teman perempuan yang dimanfaatkan oleh orang macem Paijo yang banting setir dari Asih.
But, you know what? Gue baru sadar, beberapa bulan lalu, gue berada di posisi Asih.
Sekian.