19/06/13

Rindu yang Tak Berwarna

Maksiat yang menenggelamkannya pada lamunan maya
Memaksanya untuk melontarkan kalimat yang sederhana
Tapi berakibat penyesalan tak kurang dari sebulan
Karena apa?
Karena ketulusan itu tidak pernah bisa berpura-pura
Karena satu kebaikan itu akan jadi pintu kebaikan yang lain
Karena adanya persaudaraan yang didasari cinta itu

Air mata pendosa takkan pernah termaafkan pada satu senyum dari orang lain
Setiap malam,
Setiap kali teringat kebaikan yang diabaikan itulah, ia akan beruraian
Ucapan maaf itu ragu tersampaikan padamu di atas makam hati
Ragu akan rasa tulus itu buram terlihat olehmu
Ragu akan rasa kebaikan yang belum juga menjadi pintu untuk kebaikan lain
Ragu akan kebenaran persaudaraan yang mereka jalin berdasarkan cinta

Ia mengakui bahwa ia bukan adik yang baik untukmu
Ia ingin bunuh diri kala kau membuatkan puisi untuknya
Puisi yang kau letakkan paling depan
Dan dengan tulisan kasih,
"untuk adikku tersayang.."

Pahit,
Sangat tidak rela ia tak sanggup memelukmu dalam kejauhan alam
Bahkan ketika jasadmu terakhir kali ada di depannya
Ia hanya bisa memegang pundakmu
Lalu berkata, "aku mencintaimu karena Allah.."
Dan ia tak bisa lagi melihat senyummu
Tak bisa lagi melihat wajahmu yang sumringah ketika sampai rumah
Tak bisa lagi menulis impian bersama
Tak bisa lagi bertatap muka dan bicara tanpa suara, melainkan dengan hati
Tak bisa lagi..

Ya, seringkali kau bilang dirinya adalah sosok yang paling cengeng
Dan itu benar-benar sikap permanen yang akan ia jaga sampai ia mati
Percayalah,
Ia ingin sekali bertemu dengamu walau lewat mimpi malam ini
Hadirlah..
Datanglah..
Bawa sinar putih yang selalu menemanimu di sana
Titipkan sepatah atau dua patah kata untuknya
Agar kelak ia bangun, ia paham bahwa kau memaafkannya



"rindu ini tak pernah berwarna lagi semenjak kau tak ada.."

0 komentar:

Posting Komentar

Bicaralah :D

Teman Lila