27/05/15

#RenunganMudaMudi

Judul di atas itu bener-bener harus di pikir panjang. 3 cerita di bawah ini seharusnya mampu menjadi bahan renungan Lu yang baca ini. Gue ga maksa Lu harus sepakat sama apa yang Gue bilang. Tapi rasanya kalo ada perbedaan pendapat atau sudut pandang, mungkin kita bisa duduk di tempat dan waktu yang sama. Gue cukup terbuka sama hal-hal baru. Bahkan karena terlalu terbuka, Gue bisa berkawan dengan 3 jenis cowo macam ini di sudut daerah sana.Check this out!



Berawal dari situs chat terbebas yang pernah Gue temui. Om*gle.com membuat para penggunanya bisa berekspresi tanpa harus merasa aibnya terbuka. Chat dengan tanpa akun dan identitas apapun. Lu bisa bicara apapun dengan "orang asing" yang telah tersedia.
Gue tau, awalnya kebanyakan orang buka web ini untuk belajar bahasa inggris, karena web ini bisa di buka oleh banyak orang di negara manapun. Tapi lama-lama Gue melihat banyak motif lain. Terlihat sangat jelas ketika Lu mulai chat di atas jam 10 malam. Dan Lu bisa bayangkan apa yang dibahas di jam segitu dengan  pengguna yang bebas berkespresi.

Hari ini Gue sengaja online di jam-jam santai. Jam 11 siang, jam 4 sore, dan 10 malam. Tiap dari jam itu, Gue fokus pada 1 orang yang menurut Gue, sangat mencerminkan muda mudi manapun..

1. Sebut saja Gue chat sama Mr. O. Dengan pertanyaan awal semacam asl (age, sex dan location) dan nama, tiba-tiba dia memberikan pertanyaan, "JC or SC?". Kening Gue berkerut, bahasa apa lagi nih? Gue yang ga update lagi, atau emang ini cuma istilah orang tertentu doang ya? Setelah Gue tanya maksudnya, dia menjawab, "Just Chat or Sex Chat?". Sob, ini baru jam 11 pagi dan ada yang bertanya macem begini? Gue alihkan dengan jawaban, "Sorry, Just Chat". Bukannya Gue sok suci, tapi ga asik aja bahas begituan.
Serius, Gue speechless ketika sharing dengan Mr. O ini. Untung ga Gue Stop Chat ketika dia bertanya JC or SC. Jadi, Mr. O ini adalah salah satu mahasiswa UG* di Jogja. Biasa hidup mandiri karena besar dari keluarga yang broken home dan hidup bebas. Anak band ini punya rumah sendiri di Jogja untuk ditempati selama-lamanya. Bergelut dengan sastra korea, tapi punya cita-cita besar jadi dosen di kampusnya saat ini. Dan terakhir, punya cewe yang sudah di pacarinya selama 8 tahun.
Gue menarik napas dan membuangnya pelahan. Lingkungan dan masa lalunya yang membuat dia seperti ini, bukan? Tapi dia enjoy, dia menikmatinya walaupun sesekali dia bilang "Gue ga seberuntung Lu. Lu wajib bersyukur.." Thank, Sob~
Sebagai akhir dari pembicaraan, dia memberikan akun twitternya untuk di follow, sayangnya Gue ga punya twitter.

2. Sebut aja Gue chat sama Mr. A. Kali ini beda, tiba-tiba orang ini chat dengan tulisan, "babi". Karena Gue suka sok pura-pura polos, Gue alihin aja dengan pertanyaan jitu, "sorry, what do you mean?". Menandakan kalo Gue ga paham sama apa yang dia bilang. Lamanyaaa kita kenalan dengan kepura-puraan. Gue berperan sebagai Bella yang berdomisili di Malaysia, bersuami orang Indonesia, dan sedang menjenguk adik kandungnya di Ciputat, Tangsel. Terserah deh, ini masuk logika atau engga. Yang jelas, Mr.  A percaya.
Yang ini, mata Gue adem banget baca chatnya. Di jam 4 sore yang menjadi waktunya orang bermalasan, kita bertemu di pembahasan mengenai pendidikan dan bahasa. Mr. A ini adalah salah satu mahasiswa di universitas di Malaysia. Dia orang Indonesia yang memiliki kesempatan kuliah di sana dengan jurusan Bahasa Mandarin. Dikarenakan Gue lelah berpura-pura menjadi peran ga jelas itu. Akhirnya Gue ngaku. Daaan, dia ga marah. Bahkan ketika dia tau kalo Gue orang Indo tulen dan usia Gue ada di bawahnya, Mr. A ini langsung memberikan petuah seperti ke anaknya. Salah satu yang Gue inget, "banyak do'a sama Allah.. Derajat paling tinggi itu adalah menjadi orang baik. Lalu menjadi orang kaya. Bagus kalo sudah kaya, tapi orangnya baik." Kalimatnya sederhana ya? Tapi tidak se-sederhana jika kalimat ini keluar dari jemari seorang yang beragama bukan Islam. Yap, Mr. A bukan seorang muslim, tapi seringkali ia mengajak Gue untuk deketin Allah dan jangan pernah mau coba keluar jadi orang baik. Thank, Brot~
Sebagai akhir dari pembicaraan, dia memberikan akun emailnya untuk di kirimi surat, sayangnya Gue jarang buka email, cuma untuk tugas doang.

3. Sebut saja Gue chat sama Mr. Z. Dari awal Gue udah tau ini orang Indonesia dan laki-laki. Karena apa? Setelah Gue sapa, "Hi". Jawaban dia adalah "18 M Indo. Kalo bukan Indo, Stop Chat aja. Gue lagi nyari yang Indo".
Cukup lengkap infonya yang sudah Gue dapatkan. Maka Gue memposisikan diri sebagai seorang kakak. Seru, asik, terutama ketika dia bilang minat kuliah di tempat yang saat ini Gue tempati. Gue mencoba untuk tidak peduli dengan jam yang sudah menunjukkan angka 10 malam karena sepertinya Gue mendapatkan sumber sharing yang menarik.
Mr. Z adalah remaja seumur jagung yang perokok berat, sering minum alkohol, dan pernah berhubungan badan dengan mantannya sebanyak 4x. Menarik. Menarik untuk Stop Chat, tadinya. Tapi karena dia memberikan chat seperti ini, Gue ga jadi Stop Chat, "Ka, Gue lagi di  warung nih. Lagi minum-minum. Kaka suka jus buah, kan? Mau Gue bawain jus anggur merah, ga? Wkwk" Bocah ini asik di ajak bercanda dan bisa diminta informasi tentang pergaulannya. Gue memutuskan berperan menjadi orang yang tidak menggunakan bahasa-bahasa kaku. Sampai pada akhirnya, "Kak, kalo masih mau ngobrol sama Gue pindah lapak deh. Di atas jam 10 gini, banyak yang chatnya bikin nafsu Gue naik. Mending off dah dari pada Gue liar di internet lagi.." Thank, Guys~
Sebagai akhir dari pembicaraan, dia memberikan no hp-nya untuk ngobrol lanjutan by wa, sayangnya Gue terlalu takut punya temen yang udah berhubungan badan dengan cewek lebih dari 4x.

Hari rabu yang melelahkan. Beberapa kali Gue pergi ke cermin untuk menatap diri dan bertanya, "Itu tadi temen-temen Lu? Itu tadi remaja jaman sekarang? Itu tadi Lu ngomongin apaan?"

4 komentar:

m.fahmi
31 Mei 2015 pukul 20.54

sayang sekali ya.....
yang no.1 dia dari keluarga yang di ibaratkan bukan keluarga yang nyaman...jadi dia berkeliaran dan dia punya cita cita yang mulia mau menjadi pengajar... ya namanya seburuk burknya orang pasti adaa sisi baiknya.
yang no.2 agama bukanlah urusan dia tapi jika kita sudah dekat dengan agama maka dekatlah dengan tuhan yang memberikan aturan yang bisa di taati... kereeen
yang no.3 memang beberapa orang yang terpengaruh budaya dan lingkungan akan segera menjadi liar. namunn dia memiliki keinginan berhenti karena masih ada rasa takut...
tapi kereen tulisannya

Unknown
2 Juni 2015 pukul 08.07

fahmi? hha apa kabar mi?
makasih makasih :D

Anonim mengatakan...
22 September 2015 pukul 11.44

blog walking lihat kalian berdua..ahaha :D

Unknown
12 November 2015 pukul 07.26

maksudnya ka?

Posting Komentar

Bicaralah :D

Teman Lila