22/04/14

Ingin Lebih Lama Mencintaimu

Semuanya mulai menjadi putih
Aku ragu dengan matanya saat menatapku
Garis pandangnya tak lagi lurus padaku
Tapi ada upayanya untuk tidak merintih

Belakangan, saya senang memandangi sosok Abi. Sosok sederhana yang pemikirannya selalu di luar dugaan anak-anaknya. Abi bukanlah orang yang terlahir dari keluarga yang berpendidikan tinggi, bahkan ia pun tidak menggunakan masa mudanya untuk bersenang-senang di gedung perguruan tinggi. Ia memilih banting kemudi menuju dunia kerja yang membuatnya lebih menghargai waktu.





Saya lahir dari buah senyum kebahagiaan Abi. Raut wajahnya tak pernah bisa berbohong, dan ia tidak pernah mencoba untuk berbohong, terutama pada saya. Semasa saya kecil, hal yang sampai saat ini teringat di benak saya adalah ketika ia terus mendampingi shalat-shalat saya.Ketika itu saya tidak hapal bacaan-bacaan shalat, jadi saya hanya melakukan gerakan-gerakan saja, dan abi yang membacanya sembari tiduran atau duduk di sebelah tempat saya shalat.

Abi tidak akan tidur sebelum anak-anaknya shalat Isya. Walaupun saya anak yang cenderung nurut, tapi saya tidak melakukan shalat tepat waktu. Kadang saya melakukannya ketika hendak tidur. Kala itu, Abi terlihat lelah dan sangat mengantuk. mendengar saya belum shalat Isya, Abi langsung bergegas mengajak (bukan menyuruh) saya shalat, dan ia mendampingi. Saya shalat di sebelah tempat tidur, dan Abi mendampingi dengan suara yang parau dan melambat. Aku tergoda untuk melirik ke wajahnya. Duh, terlihat capek, ngantuk, banyak pikiran, dan entah apapun itu namanya. Kerennya, Abi tetap mau mendampingi anak manjanya ini Shalat Isya. Sejak saat itulah saya mulai bertekad untuk tidak banyak membebaninya, dalam hal apapun.

Ada beberapa hal sangaaaatt sederhana yang saya kagumi dari kebiasaan Abi, antara lain :

Memanggil anak-anaknya dengan sebutan "sehat". Aneh memang, tapi itu seperti do'a tulus yang diijabah setiap saat. Ketika jam 10 pagi belum mandi pagi di hari libur, dengan santai Abi bilang, "ooyy, sehat..! Mandi, udah jam berapa noh?"

Tidak memalingkan wajahnya sebelum anak-anaknya melakukannya. Matanya seolah berkata, "jangan takut, kan ada Abi.." Itu mulai saya rasakan ketika saya tidak lagi di antar-jemput dengannya ke dan dari sekolah.

Menunggu anak-anaknya selesai menyebrang jalan. Mungkin ini kebiasaan lama, Tapi benar-benar baru saya sadari ketika kuliah. Setiap senin pagi adalah jadwal saya pergi kuliah, sembari menuju kosan. Dari rumah, biasanya diantar Abi sampai ada rute angkot. Nah, untuk mencapai tujuan, saya harus menyebrang 2 bahu jalan. Abi tidak lagi memanjakan saya dengan membantu menyebrang, yang dia lakukan adalah memastikan saya sampai selesai menyebrang. Abi akan memutarbalikkan motor ketika saya selesai menyebrang dan membalikkan badan menghadap ke arahnya. Ada senyum tua di sana yang selalu menjadi semangat saya di hari senin. I love Monday. I love Abi..

Abi juga yang pertama kali mengenalkan saya dengan lagu-lagu nasyid. Walaupun pada akhirnya sekarang saya yang memperkenalkan nasyid dari grup-grup baru ke Abi..

Daaaann masih banyak yang lain..!

Berjalan di tepi kehidupanmu
Membuatku ingin memilih untuk lebih lama
Lebih lama mencintaimu
Lebih lama menjadi anak yang shaliha

2 komentar:

Unknown
27 Mei 2014 pukul 14.24

"Lebih lama menjadi anak yang shaliha "
aamiin...

waah, dianter nyebraang...kebiasaan ayah juga dari kecil ampe sekarang(kalau lis lagi manja)... hehe

Unknown
5 Juni 2014 pukul 07.50

aamiin :)

hhe samaaaaa~

Posting Komentar

Bicaralah :D

Teman Lila