06/05/14

Dia yang Membuatku Merdeka

Sedikit waktu yang mungkin aku miliki
Tak bisa menuangkan segala makna haru
Dengan senyum,
Yang tua meminta kasih pada yang muda
Kecup kening ini, kecup saja
Sampai restu itu mengalir dalam langkahku

Ada banyak hal yang berbeda dari Ummi. Entah berawal kapan. Saya melihatnya seperti air di dedaunan yang hendak terjun bebas. Semoga saya salah.



Kau rogoh saku kananku
Lalu berlari mengejar angin sampai aku kehilanganmu
Ketika kembali,
Kau rogoh saku kiriku
Lagi-lagi. Kau berlari menjemput ujung langit
Sudah ku coba tahan
Kau tak mengajakku,
Bahkan tak menoleh

Melihat perjuangannya membela agamanya, dari semasa beliau memutuskan untuk berhijab di tengah-tengah kerusuhan hak asasi beragama sampai pada sekarang tetap berikhtiar dengan berbagi di lingkaran majelis ilmu, saya seperti tak percaya Allah menganugerahkan saya dilahirkan dari seorang Ummi yang begitu hebatnya. Tak ada sejarah hidupnya yang membuat saya tak 'melongo'. "ngeliat kamu sibuk kayak udel begini, kayak ngeliat ummi pas muda dulu.." katanya.

Saya menarik napas panjang saat beliau mengucapkan kata itu. Ada 3 kemungkinan :
1. Saya seperti dirinya saat muda, mengingatkan beliau pada ingatan liarnya dulu
2. Saya tak punya banyak waktu bersamanya, sama seperti sepinya nenek menunggu pulang Ummi, dulu..
3. Udel siapa yang mirip saya? *yang ini abaikan saja, pliss

Melihat jejeran buku miliknya, saya tau isi buku itu sudah pindah ke otak dan hati Ummi. Kadang saya merasa malas membaca buku itu, karena saya berpikir, dengan bertanya padanya pun, saya sudah tau isi bukunya. Tapi sejak kecil, beliau mengajarkan saya bertanya setelah membaca. Bertanya setelah membaca.

Benar-benar harmoni itu merasuk pada hatimu
Saat ku menjerit di belah dunia satu
Kau enyakan pintu yang memisahkan kita

Tak ada yang lebih sigap dari Ummi, menurut saya. Ketika saya sakit, saya cenderung bisa sembuh setelah melihat wajahnya secara langsung. Seringkali sakit di kosan Ciputat, lalu pulang ke Bogor untuk melihat wajahnya, tak lama saya sembuh. Apa rahasia do'anya, ya?

Butuh waktu lama juga untuk menceritakan sosok pujaan yang satu ini. Saya bingung menulisnya dari mana, banyak, banyak yang membuat saya bersyukur ada di sisinya. Mendidik tidak dengan paksaan, namun memberi arahan jangka panjang.

Labirin kehidupan itu melodi yang membuatku pedas mata
Kanan, kiri, maju, berhenti, atau putar balik?
Dia tak menjadikanku bonekanya
Dia membuatku merdeka dengan peta kehidupan

Salam cinta yang berusaha sebesar cintamu, dari anakmu yang sering menjadikanmu harus bersusah payah..
"Baringkan saja kepala penat itu pada bahuku. Ku buat jenuh itu menjadi canda tawa. Semoga larut. Semoga semakin kuat. Sama seperti kuatnya simpul hati kita yang terpaut karena cinta-Nya."

2 komentar:

Unknown
27 Mei 2014 pukul 14.18

subhanallaah, terharuuu -_-] [^_^

Unknown
5 Juni 2014 pukul 07.55

liliiiiisss~

Posting Komentar

Bicaralah :D

Teman Lila