Surat Izin
#SelingkuhDikit
Bismillah.. Semoga pembuka ini menjadi awal yang baik untuk kesimpulan tulisan yang baik. Aamiin..
"Amanah tidak pernah berada di bahu yang salah.."
Kalimat yang membuat saya menutup mata sebelah, lalu lompat dari lantai 7 gedung kampus. Kalimat yang membuat saya mulai liar dengan pikiran-pikiran konyol, seperti berencana untuk gigit-gigit tembok tetangga. Ah, kalimat itu membuat jantung saya seperti berhenti sekitar 3 detik. Sesak.
Dakwah sekolah. Saya lebih senang menyebutnya "kembali ke sekolah". Bertemu dengan mereka-mereka yang tulus menimba ilmu, tak ambil pusing pada hiruk-pikuk permainan orang-orang atas. Dan bekerjasama dengan mereka-mereka yang dengan sangat sengaja meluangkan waktunya untuk bercengkrama dan bernostalgia ketika semasa sekolah. Mengulang dan/atau memperbaiki sejarah syiar islam yang harus tegak di manapun tempat mereka berada. Ah, organisasi ini tak sesederhana yang orang-orang katakan, terutama di kota kami, Bogor. Tetua kami memiliki ide cemerlang untuk membuat organisasi sejenis ini saling memiliki keterikatan fisik. Jujur saya katakan, pantas menjadi cermin bagi kota-kota lain..
"Setia itu bukan pilihan, tapi keharusan.."
Berkutat dengan langkah-langkah saudara seperjuangan, #EdisiMoveOn sudah sangat mewakili apa yang saya rasakan. Menyanggupi untuk setia selama beberapa tahun, dan selalu merasa takut untuk sekedar menoleh pada apa yang terjadi di luar sana. Mencaci diri ketika semangat di sini mulai kendur karena miskinnya bekal ruhiyah. Mengancam diri ketika mulai tak ikhlas melangkah pada hal-hal kebaikan, walau tak bersama kawan sepermainan.
Saya yakin, Allah bersama orang-orang yang berpegang teguh pada agama-Nya. Ketika semua orang mungkin lelah karena dikejar kelelahan mereka sendiri, seharusnya saya bisa menang melawan kelelahan diri saya sendiri. Tapi Allah tidak menguji saya di titik itu.
"Semakin dihindari, kadang semakin dekat.."
Saya paham betul kewajiban saya di kampus, hanya belajar, lalu segera lulus dengan hasil yang membanggakan. Jangan terlalu banyak "jajan"..
Kampus, ohh kampus.. Dakwah kampus. Saya lebih senang menyebutnya "berkreasi di kampus". Bertemu dengan mereka-mereka yang semangat memperkaya dengan mengambil sebanyak-banyak pembekalan kedewasaan, ikut campur sana-sini untuk update info yang dikonsumsi bersama teman nongkrong. Di tawari bekerja sama dengan mereka-mereka yang tak takut terhimpit 2 balok es yang siap membunuh kapan saja. Ah, organisasi ini bukanlah organisasi yang berada di lingkaran kenyamanan penuh. Siap masuk, siap bergabung, siap bergerak, maka harus siap terombang-ambing. Tetua di sana mengenal saya dengan baik, sampai mereka sempat meluangkan waktunya, hanya untuk membahas saya. Karena apa? Karena saya seperti air. Sering melintas, tapi sulit di genggam. Kalian perlu menciduknya, dan kalian sudah melakukannya sekarang.
Selingkuh sedikit..
Mas'ul saya di Bogor, tidak bergantung pada siapapun. Dia punya Allah, yang memiliki segalanya. Kini dia bisa menjamin dirinya akan tetap bergerak walaupun tak lagi ada yang mengajaknya bergerak. Dia cukup lelah dengan kesempatan yang menganggur. Saya sering melihatnya tertekan, atau entah apa namanya, cukup emosional. Dan itu menular ke saya, dengan waktu yang sangat cepat. Dia tidak pandai berkata-kata yang sifatnya dari hati, bahkan mengeluhpun dia tak sanggup. Tapi yang ini tidak menular ke saya. Jadi kadang saya sering mengadu tidak jelas padanya, dan hanya di respon dengan closing statement yang sejenis dengan kalimat obat bius untuk mati suri.
Selingkuh sedikit..
Mas'ul saya di kampus, tidak bergantung pada siapapun. Dia punya Allah yang memiliki segalanya. Dia bebas bergerak di manapun dan kapanpun, karena dia yakin ada Allah di sisinya. Dia tak pernah lelah untuk terus membangunkan singa yang mulai asik tidur. Saya pernah melihatnya tertekan, atau entah apa namanya, cukup menyedihkan. Karena apa? Karena beberapa kali belum berhasil membangunkan singa yang tidak ingin dibangunkan dari tidurnya.
Selingkuh sedikit..
Senin-Jum'at adalah hari-hari saya sebagai mahasiswa di kampus, tidak seutuhnya memang. Sabtu-Ahad adalah hari-hari saya sebagai anak kecil di organisasi Bogor, seutuhnya.
Selingkuh sedikit..
Ini bukan perkara si Mas'ul ini dengan si Mas'ul itu. Tapi ini lebih perkara pada masalah yang lebih berat, yaitu amanah di sini dan amanah di sana.
Selingkuh sedikit..
Saya harus memiliki energi dan keikhlasan di titik minimal 200%. Kenapa? 100% di Bogor dan 100% di kampus. Saya tau, saya tidak tercatat di sana, tapi saya sangat jelas di catat di sini. Saya tau, keluarga saya sangat mengenal orang-orang yang di sini, sementara keluarga saya hanya mengenal 1 orang yang di sana. Saya tau, saya dibesarkan dan dibuat dewasa di sini, sementara hasilnya sangat bermanfaat di sana.
Saya tau, saya di beri pilihan antara di sini dan di sana.
Izinkan saya tetap di sini, dan merasakan selingkuh di sana, walau sebentar saja..
Bismillah.. Semoga pembuka ini menjadi awal yang baik untuk kesimpulan tulisan yang baik. Aamiin..
"Amanah tidak pernah berada di bahu yang salah.."
Kalimat yang membuat saya menutup mata sebelah, lalu lompat dari lantai 7 gedung kampus. Kalimat yang membuat saya mulai liar dengan pikiran-pikiran konyol, seperti berencana untuk gigit-gigit tembok tetangga. Ah, kalimat itu membuat jantung saya seperti berhenti sekitar 3 detik. Sesak.
Dakwah sekolah. Saya lebih senang menyebutnya "kembali ke sekolah". Bertemu dengan mereka-mereka yang tulus menimba ilmu, tak ambil pusing pada hiruk-pikuk permainan orang-orang atas. Dan bekerjasama dengan mereka-mereka yang dengan sangat sengaja meluangkan waktunya untuk bercengkrama dan bernostalgia ketika semasa sekolah. Mengulang dan/atau memperbaiki sejarah syiar islam yang harus tegak di manapun tempat mereka berada. Ah, organisasi ini tak sesederhana yang orang-orang katakan, terutama di kota kami, Bogor. Tetua kami memiliki ide cemerlang untuk membuat organisasi sejenis ini saling memiliki keterikatan fisik. Jujur saya katakan, pantas menjadi cermin bagi kota-kota lain..
"Setia itu bukan pilihan, tapi keharusan.."
Berkutat dengan langkah-langkah saudara seperjuangan, #EdisiMoveOn sudah sangat mewakili apa yang saya rasakan. Menyanggupi untuk setia selama beberapa tahun, dan selalu merasa takut untuk sekedar menoleh pada apa yang terjadi di luar sana. Mencaci diri ketika semangat di sini mulai kendur karena miskinnya bekal ruhiyah. Mengancam diri ketika mulai tak ikhlas melangkah pada hal-hal kebaikan, walau tak bersama kawan sepermainan.
Saya yakin, Allah bersama orang-orang yang berpegang teguh pada agama-Nya. Ketika semua orang mungkin lelah karena dikejar kelelahan mereka sendiri, seharusnya saya bisa menang melawan kelelahan diri saya sendiri. Tapi Allah tidak menguji saya di titik itu.
"Semakin dihindari, kadang semakin dekat.."
Saya paham betul kewajiban saya di kampus, hanya belajar, lalu segera lulus dengan hasil yang membanggakan. Jangan terlalu banyak "jajan"..
Kampus, ohh kampus.. Dakwah kampus. Saya lebih senang menyebutnya "berkreasi di kampus". Bertemu dengan mereka-mereka yang semangat memperkaya dengan mengambil sebanyak-banyak pembekalan kedewasaan, ikut campur sana-sini untuk update info yang dikonsumsi bersama teman nongkrong. Di tawari bekerja sama dengan mereka-mereka yang tak takut terhimpit 2 balok es yang siap membunuh kapan saja. Ah, organisasi ini bukanlah organisasi yang berada di lingkaran kenyamanan penuh. Siap masuk, siap bergabung, siap bergerak, maka harus siap terombang-ambing. Tetua di sana mengenal saya dengan baik, sampai mereka sempat meluangkan waktunya, hanya untuk membahas saya. Karena apa? Karena saya seperti air. Sering melintas, tapi sulit di genggam. Kalian perlu menciduknya, dan kalian sudah melakukannya sekarang.
Selingkuh sedikit..
Mas'ul saya di Bogor, tidak bergantung pada siapapun. Dia punya Allah, yang memiliki segalanya. Kini dia bisa menjamin dirinya akan tetap bergerak walaupun tak lagi ada yang mengajaknya bergerak. Dia cukup lelah dengan kesempatan yang menganggur. Saya sering melihatnya tertekan, atau entah apa namanya, cukup emosional. Dan itu menular ke saya, dengan waktu yang sangat cepat. Dia tidak pandai berkata-kata yang sifatnya dari hati, bahkan mengeluhpun dia tak sanggup. Tapi yang ini tidak menular ke saya. Jadi kadang saya sering mengadu tidak jelas padanya, dan hanya di respon dengan closing statement yang sejenis dengan kalimat obat bius untuk mati suri.
Selingkuh sedikit..
Mas'ul saya di kampus, tidak bergantung pada siapapun. Dia punya Allah yang memiliki segalanya. Dia bebas bergerak di manapun dan kapanpun, karena dia yakin ada Allah di sisinya. Dia tak pernah lelah untuk terus membangunkan singa yang mulai asik tidur. Saya pernah melihatnya tertekan, atau entah apa namanya, cukup menyedihkan. Karena apa? Karena beberapa kali belum berhasil membangunkan singa yang tidak ingin dibangunkan dari tidurnya.
Selingkuh sedikit..
Senin-Jum'at adalah hari-hari saya sebagai mahasiswa di kampus, tidak seutuhnya memang. Sabtu-Ahad adalah hari-hari saya sebagai anak kecil di organisasi Bogor, seutuhnya.
Selingkuh sedikit..
Ini bukan perkara si Mas'ul ini dengan si Mas'ul itu. Tapi ini lebih perkara pada masalah yang lebih berat, yaitu amanah di sini dan amanah di sana.
Selingkuh sedikit..
Saya harus memiliki energi dan keikhlasan di titik minimal 200%. Kenapa? 100% di Bogor dan 100% di kampus. Saya tau, saya tidak tercatat di sana, tapi saya sangat jelas di catat di sini. Saya tau, keluarga saya sangat mengenal orang-orang yang di sini, sementara keluarga saya hanya mengenal 1 orang yang di sana. Saya tau, saya dibesarkan dan dibuat dewasa di sini, sementara hasilnya sangat bermanfaat di sana.
Saya tau, saya di beri pilihan antara di sini dan di sana.
Izinkan saya tetap di sini, dan merasakan selingkuh di sana, walau sebentar saja..
4 komentar:
jadi ini jawabannya kiw? :(
jawaban naon?
jawaban dari kegelisahan #taaaash
yang gelisah itu siapa? haha
Posting Komentar
Bicaralah :D